- gatotkacaBaru Mager
- Jumlah posting : 5
Join date : 23.02.24
Lokasi : Surakarta
Berkenalan dengan Sadhu, Pertapa Nepal yang Meninggalkan Hal-Hal Duniawi
Sun Feb 25, 2024 3:08 pm
Berkenalan dengan Sadhu, Pertapa Nepal yang Meninggalkan Hal-Hal Duniawi
Sadhu dalam agama Hindu adalah petapa atau orang suci yang telah meninggalkan kehidupan duniawi. Ia tak lagi terikat akan materi dan memilih hidup miskin di gua, hutan, atau kuil-kuil Hindu di seluruh Nepal.
Saya bertemu dengan Sadhu untuk pertama kalinya di kuil Pasupatinath di tepi Sungai Bagmati yang menjadi tempat tinggal mayoritas Sadhu di Nepal. Karena Pasupatinath dibuka untuk umum sebagai salah satu tujuan wisata budaya di Nepal, maka para Shadu di tempat ini pun merelakan dirinya menjadi obyek keingintahuan para turis, terutama turis yang berasal dari luar Nepal.
Para Shadu di Kuil Pasupatinath pada umumnya tidak menolak ketika diajak berfoto, selama kita meminta izin terlebih dahulu. Bila mengambil gambar tanpa seizin mereka, para Sadhu akan menutupi wajahnya dengan tangan.
Sebelum berpose, Shadu akan menitikkan bindi di dahi kita sambil merapalkan doa supaya kita selamat, bahagia dan dijauhkan dari malapetaka. Bindi berwarna merah atau oranye yang ditorehkan di dahi, tepat di antara kedua alis, memang dipercaya warga Nepal dapat menjauhkan seseorang dari nasib buruk.
Jangan lupa menyelipkan lembaran rupee Nepal ke tangannya seusai berpose dengan Shadu, karena para Shadu itu murni hidup dari kemurahan hari orang lain. Sebagai bagian dari ritual menolak kehidupan duniawi, para Sadhu telah meninggalkan pakaian, makanan bahkan rumah mereka.
Di Pasupatinath, saya mengamati ada dua macam penampilan Sadhu. Ada Sadhu yang mengenakan pakaian berwarna kunyit sebagai simbol terhadap penolakan kehidupan duniawi dan ada Sadhu yang menanggalkan pakaiannya, juga sebagai simbol penolakan kehidupan duniawi, lantas melumuri seluruh tubuhnya dengan abu jenasah bekas pembakaran mayat sehingga seluruh tubuh mereka berwarna putih.
Penampilannya jadi mirip dengan manusia silver yang sering saya lihat di sekitar lampu merah di Indonesia. Teman seperjalanan saya di Nepal yang beragama Hindu dan meyakini Shadu adalah orang suci, sempat bersujud dan menyentuh kaki Sadhu yang berlumuran bedak putih untuk meminta berkat.
Sang Sadhu pun mengusap kepalanya dengan tangan yang juga berlumuran bedak. Waktu itu teman saya belum tahu asal muasal bedak putih serupa abu yang melumuri seluruh tubuh Shadu.
Begitu tahu bedak putih itu adalah abu sisa pembakaran jenasah, dia pun bergidik ngeri dan segera mandi keramas berkali-kali setibanya di penginapan. Berada di negeri asing yang kental dengan tradisi memang banyak hal yang perlu diantisipasi.
Bisa saja kita menemukan hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Sadhu memang berbeda dengan manusia lainnya.
Dalam bahasa Sansekerta, Shadu diartikan sebagai orang baik atau orang suci. Sebagian besar Shadu adalah yogi, yang mendalami yoga dan melakukan meditasi.
Shadu mendedikasikan hidupnya semata-mata untuk mencapai moksa, sebuah konsep dalam agama Hindu untuk segala bentuk pencerahan, kebebasan, dan pelepasan.
Bila manusia pada umumnya berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, Shadu justru ingin menjalani kehidupannya semiskin mungkin. Unik sekali ya?
Sumber= https://travel.detik.com/cerita-perjalanan/d-7211091/berkenalan-dengan-sadhu-petapa-nepal-yang-tinggalkan-hal-hal-duniawi
Sadhu dalam agama Hindu adalah petapa atau orang suci yang telah meninggalkan kehidupan duniawi. Ia tak lagi terikat akan materi dan memilih hidup miskin di gua, hutan, atau kuil-kuil Hindu di seluruh Nepal.
Saya bertemu dengan Sadhu untuk pertama kalinya di kuil Pasupatinath di tepi Sungai Bagmati yang menjadi tempat tinggal mayoritas Sadhu di Nepal. Karena Pasupatinath dibuka untuk umum sebagai salah satu tujuan wisata budaya di Nepal, maka para Shadu di tempat ini pun merelakan dirinya menjadi obyek keingintahuan para turis, terutama turis yang berasal dari luar Nepal.
Para Shadu di Kuil Pasupatinath pada umumnya tidak menolak ketika diajak berfoto, selama kita meminta izin terlebih dahulu. Bila mengambil gambar tanpa seizin mereka, para Sadhu akan menutupi wajahnya dengan tangan.
Sebelum berpose, Shadu akan menitikkan bindi di dahi kita sambil merapalkan doa supaya kita selamat, bahagia dan dijauhkan dari malapetaka. Bindi berwarna merah atau oranye yang ditorehkan di dahi, tepat di antara kedua alis, memang dipercaya warga Nepal dapat menjauhkan seseorang dari nasib buruk.
Jangan lupa menyelipkan lembaran rupee Nepal ke tangannya seusai berpose dengan Shadu, karena para Shadu itu murni hidup dari kemurahan hari orang lain. Sebagai bagian dari ritual menolak kehidupan duniawi, para Sadhu telah meninggalkan pakaian, makanan bahkan rumah mereka.
Di Pasupatinath, saya mengamati ada dua macam penampilan Sadhu. Ada Sadhu yang mengenakan pakaian berwarna kunyit sebagai simbol terhadap penolakan kehidupan duniawi dan ada Sadhu yang menanggalkan pakaiannya, juga sebagai simbol penolakan kehidupan duniawi, lantas melumuri seluruh tubuhnya dengan abu jenasah bekas pembakaran mayat sehingga seluruh tubuh mereka berwarna putih.
Penampilannya jadi mirip dengan manusia silver yang sering saya lihat di sekitar lampu merah di Indonesia. Teman seperjalanan saya di Nepal yang beragama Hindu dan meyakini Shadu adalah orang suci, sempat bersujud dan menyentuh kaki Sadhu yang berlumuran bedak putih untuk meminta berkat.
Sang Sadhu pun mengusap kepalanya dengan tangan yang juga berlumuran bedak. Waktu itu teman saya belum tahu asal muasal bedak putih serupa abu yang melumuri seluruh tubuh Shadu.
Begitu tahu bedak putih itu adalah abu sisa pembakaran jenasah, dia pun bergidik ngeri dan segera mandi keramas berkali-kali setibanya di penginapan. Berada di negeri asing yang kental dengan tradisi memang banyak hal yang perlu diantisipasi.
Bisa saja kita menemukan hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Sadhu memang berbeda dengan manusia lainnya.
Dalam bahasa Sansekerta, Shadu diartikan sebagai orang baik atau orang suci. Sebagian besar Shadu adalah yogi, yang mendalami yoga dan melakukan meditasi.
Shadu mendedikasikan hidupnya semata-mata untuk mencapai moksa, sebuah konsep dalam agama Hindu untuk segala bentuk pencerahan, kebebasan, dan pelepasan.
Bila manusia pada umumnya berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, Shadu justru ingin menjalani kehidupannya semiskin mungkin. Unik sekali ya?
Sumber= https://travel.detik.com/cerita-perjalanan/d-7211091/berkenalan-dengan-sadhu-petapa-nepal-yang-tinggalkan-hal-hal-duniawi
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|